Motorik Halus
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Motorik halus merupakan bagian dari sensorimotorik yaitu golongan dari rangsang sensori dengan reaksi yang berupa gerakan-gerakan otot kemampuan sensorimotorik terjadi adanya pengendalian kegiatan jasmani melalui pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi. Motorik halus terfokus pada pengendalian gerakan halus jari-jari tangan dan pergelangan tangan. Berpijak dari konsep itu, Hurlock (2000, hlm. 150) menyatakan bahwa “motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam, melempar, dan menangkap bola”.
Sari dan Dini (1996, hlm. 121) menyatakan bahwa “motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus”. Gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan pengendalian gerak yang baik untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan. Sejalan dengan itu, Rumini (1987, hlm. 45) berpendapat bahwa “kemampuan motorik halus adalah kesanggupan untuk menggunakan otot tangan dengan baik terutama jari-jari tangan, antara lain dengan melipat jari, menggenggam, menjempit dengan jari, dan menempel.
Berdasar pada sejumlah pendapat tersebut, dapat ditarik garis besar bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan koordinasi mata dan tangan.
Rumini dan Sundari (2004, hlm. 24-26) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus, di antaranya:
1. Faktor generik
Individu memiliki sejumlah faktor keturunan yang dapat menunjang perkembangan motorik halus, misal kekuatan otot, syaraf, dan kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motorik halus individu tersebut dapat berkembang dengan optimal.
2. Faktor kesehatan pada periode prenatal
Janin selama dalam kandungan dalam keadaaan sehat, tidak keracunan, tidak kekuarangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat membantu memperlancar perkembangan motorik halus anak.
3. Faktor kesulitan dalam melahirkan
Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang, sehingga bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat perkembangan motorik bayi.
4. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan akan mempercepat perkembangan motorik halus bayi.
5. Rangsangan
Adanya rangsangan, bimbingan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik halus bayi.
6. Perlindungan
Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak, misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh dan akan menghambat perkembangan motorik anak.
7. Prematur
Kelahiran sebelum masanya disebut prematur, hal ini biasanya akan memperlambat perkembangan motorik halus anak.
8. Kelainan
Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis, sosial, mental biasanya akan mengalami hambatan dalam perkembangan motorik halus.
9. Kebudayaan
Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak, misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak perempuan naik sepeda, maka akan menghambat pada perkembangan motorik halus anak.
Karakteristik perkembangan motorik halus anak dijelaskan dalam Depdiknas (2007, hlm. 10), sebagai berikut:
1. Pada usia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun, kemampuan gerakan halus pada masa balita, meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan tersebut masih kikuk.
2. Pada usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna.
3. Pada usia lima tahun
Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.
4. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun, anak telah belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensil.
Untuk mengembangkan motorik halus pada anak agar berkembang secara optimal, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas (2007, hlm. 13), sebagai berikut:
1. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.
2. Melakukan pengaturan waktu, tempat, dan media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk berpikir.
3. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
4. Menumbuhkan keberanian anak dan hindari petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak.
5. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangannya.
6. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak.
7. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Saputra dan Rudyanto (2005, hlm. 115) menjelaskan tujuan pengembangan motorik halus anak, antara lain:
1. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
2. Mampu mengkoordinasi ketepatan tangan dengan mata.
3. Mampu mengendalikan emosi.
Anak yang memiliki kemampuan motorik halus yang baik anak berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut. Apabila koordinasi motorik halus anak sangat jelek, maka anak memperoleh kepuasan yang sedikit melalui kegiatan fisik sehingga anak akan cenderung kurang termotivasi untuk latihan jasmani. Semakin sering anak melakukan kegiatan secara mandiri semakin besar pula kepuasan yang akan dicapai. Ketergantungan terhadap orang lain akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri. Melalui keterampilan motorik halus, anak akan dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang meskipun tanpa ditemani teman sebaya. Perkembangan motorik halus turut menyumbang bagi penerimaan anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial. Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. “Pada usia kelas awal-awal Sekolah Dasar (SD), anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, dan melukis” (Hurlock, 2000, hlm. 150).
Referensi
Depdiknas (2007). Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Rumini, S. (1987). Pengetahuan Subnormalitas Mental. Yogyakarta: FIP IKIP.
Rumini, S., & Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Saputra, & Rudyanto (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas Dirjen PT Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sari, D., Dini, P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud-Dikti, P2TK.
0 komentar:
Posting Komentar