SUARAPGRI - Ketua Umum Persatuan Guru Indonesia, Unifah Rosyidi, marah ketika mengetahui adanya penganiayaan yang menimpa seorang guru di Sampang.
Penganiayaan yang dilakukan oleh salah satu siswa SMAN 1 Torjan, Sampang, itu hingga menewaskan guru honorer bernama Ahmad Budi Cahyono.
Unifah bahkan akan menginvestigasi langsung dan bertekad menyeret pelakunya ke penegak hukum.
"Saya akan investigasi langsung, tak segan membawa pelaku ke penegak hukum," pungkasnya usai Konferensi Rakornas di Batam, Jumat, 2 Ferbruari 2018.
Menurutnya, selama ini guru dihadapkan pada permasalahan yang sulit. Satu sisi, guru dituntut untuk mendidik karakter murid. Tetapi ketika mendisiplinkan, seorang guru bisa dipidanakan.
Hal itulah yang membuat Unifah Rosyidi tambah geram. Dia berpendapat guru berada pada situasi yang serba salah. Ia berharap, kasus meninggalnya Guru Budi menjadi pelajaran untuk orangtua.
"Terkait wewenang guru dalam proses pendidikan di kelas, kita akan buat kesepakatan dengan Kapolri," tuturnya.
Peristiwa murid yang menganiaya guru hingga tewas ini memang menggegerkan publik. Kabar duka dari kabupaten Sampang, Jawa Timur, tersebut semakin menyedihkan lantaran guru seni tersebut diketahui telah meninggalkan seorang istri yang sedang hamil.
Dilansir dari Jawa Pos, Sabtu (3/2/2018), Kadispendik (Kepala Dinas Pendidikan) Jawa Timur, Saiful Rachman mengungkapkan, guru bernama Ahmad Budi Cahyono itu meninggalkan istrinya yang sedang mengandung lima bulan.
Meski sempat muncul kabar bahwa istri korban mengalami keguguran karena syok, tapi Dispendik Jatim memastikan bahwa kabar yang beredar tersebut tidaklah benar.
Namun demikian, seorang dokter spesialis kandungan, Prof. Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), menjelaskan kondisi kehamilan sangat dipengaruhi oleh faktor psikis. Dalam kasus tersebut, bukan tidak mungkin istri dari korban kasus murid aniaya guru ini mengalami keguguran.
"Iya sangat mungkin, karena kondisi psikis berpengaruh besar terhadap kehamilan dan tumbuh kembang janin," jelas Ali saat diwawancarai oleh Health Liputan6.com, Jumat (3/2/2018).
Ali juga menyebutkan ketika drop atau stres, terjadi pelepasan hormon kortisol, yang menyebabkan terjadinya kontraksi pada rahim. Hal ini berakibat fatal yakni keguguran dan kelahiran prematur.
"Oleh sebab itu, butuh pendampingan bagi si ibu (istri dari korban murid aniaya guru tersebut), agar tidak terjadi kontraksi dan mengakibatkan keguguran," pungkas Ali. (sumber: Liputan6.com)
Penganiayaan yang dilakukan oleh salah satu siswa SMAN 1 Torjan, Sampang, itu hingga menewaskan guru honorer bernama Ahmad Budi Cahyono.
Unifah bahkan akan menginvestigasi langsung dan bertekad menyeret pelakunya ke penegak hukum.
"Saya akan investigasi langsung, tak segan membawa pelaku ke penegak hukum," pungkasnya usai Konferensi Rakornas di Batam, Jumat, 2 Ferbruari 2018.
Menurutnya, selama ini guru dihadapkan pada permasalahan yang sulit. Satu sisi, guru dituntut untuk mendidik karakter murid. Tetapi ketika mendisiplinkan, seorang guru bisa dipidanakan.
Hal itulah yang membuat Unifah Rosyidi tambah geram. Dia berpendapat guru berada pada situasi yang serba salah. Ia berharap, kasus meninggalnya Guru Budi menjadi pelajaran untuk orangtua.
"Terkait wewenang guru dalam proses pendidikan di kelas, kita akan buat kesepakatan dengan Kapolri," tuturnya.
Peristiwa murid yang menganiaya guru hingga tewas ini memang menggegerkan publik. Kabar duka dari kabupaten Sampang, Jawa Timur, tersebut semakin menyedihkan lantaran guru seni tersebut diketahui telah meninggalkan seorang istri yang sedang hamil.
Dilansir dari Jawa Pos, Sabtu (3/2/2018), Kadispendik (Kepala Dinas Pendidikan) Jawa Timur, Saiful Rachman mengungkapkan, guru bernama Ahmad Budi Cahyono itu meninggalkan istrinya yang sedang mengandung lima bulan.
Meski sempat muncul kabar bahwa istri korban mengalami keguguran karena syok, tapi Dispendik Jatim memastikan bahwa kabar yang beredar tersebut tidaklah benar.
Namun demikian, seorang dokter spesialis kandungan, Prof. Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), menjelaskan kondisi kehamilan sangat dipengaruhi oleh faktor psikis. Dalam kasus tersebut, bukan tidak mungkin istri dari korban kasus murid aniaya guru ini mengalami keguguran.
"Iya sangat mungkin, karena kondisi psikis berpengaruh besar terhadap kehamilan dan tumbuh kembang janin," jelas Ali saat diwawancarai oleh Health Liputan6.com, Jumat (3/2/2018).
Ali juga menyebutkan ketika drop atau stres, terjadi pelepasan hormon kortisol, yang menyebabkan terjadinya kontraksi pada rahim. Hal ini berakibat fatal yakni keguguran dan kelahiran prematur.
"Oleh sebab itu, butuh pendampingan bagi si ibu (istri dari korban murid aniaya guru tersebut), agar tidak terjadi kontraksi dan mengakibatkan keguguran," pungkas Ali. (sumber: Liputan6.com)
0 komentar:
Posting Komentar