Kecerdasan Logis
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Kecerdasan logis diperkenalkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education dan profesor di bidang neurologi di Boston University School of Medicine. Gardner (dalam Winataputra, dkk., 2007, hlm. 5.3) menyatakan bahwa “tidak boleh menganggap tinggi ataupun rendahnya kecerdasan seperti halnya tekanan darah manusia dan tes-tes kecerdasan bukanlah alat ukur yang mutlak”.
Kecerdasan logis menurut Armstrong (dalam Musfiroh, 2008, hlm. 3) didefinisikan sebagai “kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar”. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran. Cerdas secara matematis-logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir. “Kecerdasan logis menjadikan anak mempunyai kemampuan dalam mengenali pola-pola suatu kejadian dan susunannya, mereka senang bermain dengan angka dan ingin mengetahui bagaimana cara kerja suatu benda” (Winataputra, dkk., 2007, hlm. 5.6). Adapun menurut Prasetyo dan Andriani (2009, hlm. 50) kecerdasan logika adalah “kapasitas untuk menggunakan angka, berpikir logis untuk menganalisa permasalahan atau kasus, dan melakukan perhitungan matematis”.
Berdasar sejumlah pendapat tersebut disimpulkan bahwa kecerdasan logis adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan dalam mengamati masalah secara logis, ilmiah, dan matematis. Kecerdasan logis melibatkan keterampilan mengolah angka atau mempelajari angka, mengelompokkan angka, membuat hipotesa, dan atau kemahiran menggunakan logika.
Komponen utama dari kecerdasan logis meliputi pernyataan, dalil, sebab-akibat, fungsi logis, abstraksi-abstraksi, dan kepekaan pada pola-pola dan hubungan logis. Adapun proses yang khas dari kecerdasan logis, di antaranya: (1) kategorisasi, yakni penyusunan didasarkan atas kategori atau kriteria tertentu, (2) klasifikasi, yaitu penggolongan berdasarkan dari kaidah atau standar tertentu, (3) pengambilan kesimpulan, (4) generalisasi, yaitu penyimpulan umum dari suatu kejadian, hal, atau data, (5) perhitungan, yaitu kegiatan numerikal, dan (6) pengujian hipotesis, yaitu memeriksa dan mencoba untuk mengetahui kebenaran dari perkiraan dugaan.
Karakteristik kecerdasan logis menurut Winataputra, dkk. (2007, hlm. 5.6), sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam memecahkan masalah.
2. Pandai berhitung dan bermain angka.
3. Bekerja dalam konsep abstrak.
4. Mampu menghubungkan rantai-rantai rasio.
5. Senang melaksanakan eksperimentasi terkendali.
6. Senang silogisme.
7. Mengoleksi benda-benda.
Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan logis menurut Musfiroh (2008, hlm. 3), antara lain:
1. Anak memiliki kepekaan terhadap angka.
2. Anak tertarik dan terlibat dengan komputer atau kalkulator.
3. Anak sering mengajukan pertanyaan sebab-akibat tentang suatu fenomena.
4. Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi, dan pemikiran.
5. Anak dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara logis.
6. Anak dapat membuat perkiraan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk membuktikan dugaan.
7. Anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan kemampuan konstruksi.
8. Anak suka menyusun secara serial, kategori, dan hierarki.
9. Anak mudah memahami penjelasan dan mudah mencena fenomena yang dilihat terkait dengan logika.
10. Anak suka melihat buku yang memuat gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi, dan transportasi.
Sejumlah langkah untuk mengembangkan kecerdasan logis menurut Prasetyo dan Andriani (2009, hlm. 52), sebagai berikut:
1. Sering berlatih berpikir secara logis, baik induktif maupun deduktif.
2. Jangan alergi terhadap matematika.
3. Belajar untuk mengenali pola tertentu.
4. Berlatihlah menjadi seorang problem solver.
Pada umumnya anak-anak memiliki minat yang sangat besar terhadap angka. Berbagai bentuk angka sering ditemui di sekitar lingkungan kehidupan anak, misalnya mata uang, jam dinding, kalender, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kehidupan sehari-hari angka merupakan bagian yang penting.
Referensi
Musfiroh, T. (2008). Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
Prasetyo, J. J. R., & Andriani, Y. (2009). Multiply Your Multiple Intelligences. Yogyakarta: Andi.
Winataputra, U. S., dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajarani. Jakarta: Universitas Terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar