Hakikat Penalaran
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi, penalaran merupakan kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri, yakni adanya pola berpikir atau disebut logika dan bersifat analitik. Setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, di mana berpikir logis ini berkonotasi jamak, bukan tunggal. Artinya, suatu kegiatan berpikir dapat disebut logis, ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin saja tidak logis bila ditinjau dari sudut logika lain. Hal ini sering menimbulkan gejala yang disebut kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak konsistennya kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola bepikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pada penalaran, kita belum berbicara tentang materi dan sumber pengetahuan. Karena penalaran hanya merupakan cara berpikir tertentu. Untuk melakukan kegiatan analisis, maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta.
Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran. Berdasar kriteria penalaran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan analitis. Cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan tidak analitis. Dengan demikian, kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan bepikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Adapun perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, misalnya intuisi. Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang non analitik, yang tidak mendasarkan diri kepada pola berpikir tertentu. Berpikir intuitif ini memegang peranan penting dalam masyarakat yang berpikir non analitik. Jadi, secara garis besar terdapat dua cara bepikir, yakni cara berpikir analitik yang berupa penalaran, dan cara berpikir non analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
0 komentar:
Posting Komentar