Pembagian Kata dalam Bahasa Indonesia
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Terdapat sejumlah pendapat tentang pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia. Kridalaksana (2005, hlm. 16) memaparkan sejumlah pendapat para pakar tentang pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut:
1. Soetan Moehammad Zain membagi kelas kata bahasa Indonesia menjadi sembilan, yaitu kata pekerjaan, nama benda, pengganti dan penunjuk benda, nama bilangan, nama sifat, kata tambahan, kata perangkai, kata penghubung, dan kata seru.
2. S. Takdir Alisjahbana membagi kelas kata bahasa Indonesia menjadi enam, yaitu kata benda atau substantiva, kata kerja atau verba, kata keadaan atau adjektiva, kata sambung atau konjungsi, kata sandang atau partikel, dan kata seru atau interjeksi.
3. Liaw Yock Fang membagi kelas kata menjadi sembilan, yaitu kata nama, kata ganti nama, kata bilangan, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata depan, kata penghubungan, dan kata seruan.
Adapun lebih lengkap dijabarkan, sebagai berikut:
1. Verba (kata kerja)
Secara sintaksis, sebuah satuan gramatikal dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar. Sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakni dalam konstruksi dan dalam hal ini tidak dapat didampingi satuan dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, banyak, atau agak.
2. Ajektiva
Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinan-kemungkinan untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti –er (pada honorer), -if (pada sensitif), -i (pada alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil-keadilan, yakin-keyakinan, dan sebagainya.
3. Nomina
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
4. Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikan disebut antesenden. Sebagai pronomina, kategori ini tidak berafiks, tetapi bisa direduplikasikan, misalnya kami-kami, dia-dia, beliau-beliau, mereka-mereka. Kata pronomina dapat dijadikan frase pronomina.
5. Numeralia
Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
6. Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis.
7. Interogativa
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara. Interogativa dibagi menjadi beberapa bagian, yakni (1) interogativa dasar, seperti apa, bila, bukan, kapan, mana, masa, dan (2) interogativa turunan, seperti apakah, apa-apaan, di mana, dengan apa, dan sebagainya.
8. Demonstrativa
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Sesuatu itu disebut antasenden. Berdasarkan sudut bentuk dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) domonstrativa dasar, seperti itu dan ini, (2) demonstrativa turunan, seperti berikut, sekian, dan (3) demonstrativa gabungan, seperti di sini, di situ, di sana, ini itu.
9. Artikula
Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya, si kancil, para pelajar), nomina deverbal (misalnya, si terdakwa), pronomina (misalnya si dia), dan verba pasif (misalnya kaum tertindas, si tertindas).
10. Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif.
11. Konjungsi
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
12. Kategori fatis
Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan, karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terhadap dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, seperti kok, deh, dan wujud bentuk terikat, seperti –lah atau –pun.
13. Interjeksi
Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi bersifat ekstra kalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri. Interjeksi dibagi atas dua bagian, yaitu (1) interjeksi bentuk dasar, yaitu ah, amboi, cih, wah, dan (2) interjeksi bentuk turunan, biasanya berasal dari kata-kata biasa atau penggalan kalimat Arab, seperti astaga, masyaallah, dan sebagainya.
Referensi
Kridalaksana, H. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar