Tari Legong
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tari legong adalah tari tradisional Bali yang dianggap turunan dari tari sang hyang yang telah ada sejak zaman pra-Hindu. Sejumlah pendapat menyebutkan bahwa tarian ini mulai ada sejak awal abad ke-19. Berdasar cerita yang beredar, tari legong diperkirakan mulai dikembangkan di Keraton Bali dari sebuah mimpi yang dialami seorang pangeran dari Sukawati. Ketika sang pangeran tengah sakit keras, ia memimpikan datangnya dua gadis yang menari diiringi bunyi gamelan indah. Mimpi tersebut menginspirasinya, setelah ia sembuh dari sakitnya, ia kemudian menuangkan setiap gerakan tersebut dalam gerakan tari serta gamelan sebagai pengiringnya. Gerakan tari ini kemudian dinamai tari legong.
Nama legong sendiri berasal dari dua kata, yakni leg yang berarti tarian dan gong yang berarti gamelan, sesuai dengan unsur yang berpadu di dalamnya. Jika dirunut dari cikal bakal kemunculannya, yakni tari sang hyang, tari legong dianggap memiliki makna yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan dan sejarah. Tari legong diyakini sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih masyarakat Bali terhadap leluhurnya yang telah mewariskan banyak peninggalan. Namun, bila berkenaan dengan kehidupan masa sekarang, tari legong tidak lebih dari sekedar hiburan semata.
Ada sejumlah elemen yang terdapat pada tari legong. Kesemuaan elemen tersebut sebetulnya bermuara pada dasar yang sama seperti tari Bali lainnya, yakni gerak tari gambuh. Dasar-dasar gerak tari yang termuat dalam lontar panititaling pagambuhan tersebut, terbagi menjadi tiga jenis, yaitu agem, tandang, dan tangkep. Agem adalah gerakan dasar yang tergantung dari bagaimana peran si penari dalam tarian tersebut. Tandang adalah cara berjalan dan bergerak si penari. Sementara tangkep adalah gabungan dasar-dasar ekspresi dan gerakan pendukungnya. Adapun gerakan tari legong yang khas, sebagai berikut:
1. Gerakan mata, yaitu dedeling dan manis cerengu.
2. Gerakan leher, yaitu gulu wangsul, ngurat daun, ngilen, ngeliyet, dan ngotak bahu.
3. Gerakan jemari, yaitu nyelering, girah, dan nredeh.
4. Gerakan saat menggunakan kipas, yaitu nyingkel, nyekel, dan ngaliput.
Tari legong diiringi oleh tatabuhan gamelan Bali yang dinamakan gamelan semar pagulingan. Bunyi instrumen-instrumen yang disajikan gamelan harus diikuti sesuai dengan pakem penarinya. Tari legong disajikan oleh dua orang penari perempuan yang masih gadis dan belum mengalami menstruasi. Tarian ini dipentaskan di halaman keraton tepat di bawah sinar bulan purnama. Kendati begitu, karena tujuannya kini beralih sebagai sarana hiburan, pakem ini kerap diabaikan. Baik penari, tempat, maupun waktu pementasan bisa diatur tanpa mengikuti pakemnya.
Penari legong wajib mengenakan pakaian adat Bali lengkap dengan beragam perniknya. Kostum khas legong sendiri harus berwarna cerah, seperti merah, ungu, atau hijau. Sementara aksesoris wajibnya adalah hiasan kembang goyang dan rangkaian bunga melati di kepala yang akan ikut bergoyang ketika penarinya menggerakan tubuhnya.
Properti tari legong sendiri adalah sebuah kipas. Kipas menjadi properti penting yang dapat menambah nilai estetis dalam setiap gerakan yang dipertunjukkan oleh penari legong khas Bali ini.
0 komentar:
Posting Komentar