Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran reciprocal teaching merupakan konsep yang dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Palinscar dan Crown (dalam Slavin, 2009, hlm. 16) reciprocal teaching adalah “pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang berekmampuan rendah”. Menurut Resnick (dalam Hendriana, 2002, hlm. 25) reciprocal teaching adalah “suatu kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh siswa meliputi membaca bahan ajar yang disediakan, menyimpulkan, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali, dan menyusun prediksi”. Khadijah (dalam Hendriana, 2002, hlm. 4) berpendapat bahwa “strategi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan, atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksi adalah reciprocal teaching”. Dengan demikian, reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik.
Reciprocal teaching dikembangkan oleh Anne Marie Palinscar dari Universitas Michigan dan Ane Crown dari Universitas Illinois, USA. Karakteristik dari reciprocal teaching, di antaranya:
1. Dialog antara siswa dan guru, di mana masing-masing mendapat kesempatan dalam memimpin diskusi.
2. Reciprocal berarti suatu interaksi di mana seseorang bertindak untuk merespons dalam memimpin diskusi.
3. Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan), dan memprediksi.
Reciprocal teaching lebih menghendaki guru menjadi model. Maksudnya adalah guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. “Guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar, pada kesempatan itu mereka memodelkan perilaku tertentu, kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut berkat upaya mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatu sistem scaffolding” (Ibrahim dan Nur, 2000, hlm. 48). Scaffolding adalah pemberian sejumlah besar bantuan seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian peserta didik tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
Prosedur reciprocal teaching dilakukan dengan “guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian guru memodelkan empat keterampilan kognitif, merangkum, mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan memprediksi” (Triyanto, 2007, hlm. 97). Reciprocal teaching adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dengan empat strategi kognitif, yakni:
1. Merangkum artinya mengidentifikasi dan memparafrasekan topik utama dari suatu wacana. Bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi yang paling penting dalam teks.
2. Membuat pertanyaan mengenai informasi yang belum jelas terdapat dalam wacana. Strategi bertanya digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan, pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri.
3. Menjelaskan artinya menklarifikasi kata-kata kunci yang terdapat dalam wacana. Pada tahap menjelaskan siswa dapat menjelaskan hasil dari bacaan dan dapat menjadi guru dihadapan teman-temannya.
4. Memprediksi artinya menyimpulkan apakah struktur dan inti dari wacana yang tersedia dapat diperluas atau dipersempit. Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan diungkapkan dan diduga berdasarkan atas informasi yang sudah dimilikinya.
Adapun langkah-langkah reciprocal teaching, sebagai berikut:
1. Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggung jawab mempimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi reciprocal teaching, yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.
2. Guru menerangkan bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah membaca.
3. Selama membimbing siswa melakukan latihan menggunakan empat strategi reciprocal teaching, guru meminta siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas yang diberikan berdasarkan tugas kepada siswa.
4. Siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru.
5. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.
Kelebihan penggunaan model pembelajaran reciprocal teaching menurut Abdul Azis (dalam Sunaryo, 2015, hlm. 21), di antaranya:
1. Mengembangkan kreativitas siswa.
2. Memupuk kerjasama antara siswa.
3. Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.
4. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
5. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.
6. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.
7. Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan.
8. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas.
Adapun kelemahan reciprocal teaching menurut Abdul Azis (dalam Sunaryo, 2015, hlm. 21), antara lain:
1. Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru menyebabkan tujuan tidak tercapai.
2. Siswa yang tidak berperan sering menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.
3. Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memperhatikan aktivitas siswa yang berperan sebagai guru membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.
Referensi
Hendriana, H. (2002). Meningkatkan Kemampuan Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika dengan Pembelajaran Berbalik. (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, M., & Nur, M. (2000). Pembelajar Berdasar Masalah. Surabaya: UNESA-University Press.
Triyanto (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sunaryo, P. R. (2015). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA. (Skripsi). Bandung: Universitas Pasundan.
0 komentar:
Posting Komentar