Penilaian Keterampilan Proses Sains
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Keterampilan proses sains menurut Indrawati (dalam Nuh, 2010) merupakan “proses kognitif termasuk di dalamnya interaksi dengan isinya”. Lebih lanjut, Hill (dalam Mahmudin, 2010) mengemukakan bahwa “keterampilan proses memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memahami pengetahuan sains". Untuk itu, terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah. Trihastuti (dalam Mahmudin, 2010) berpendapat bahwa “keterampilan proses sains yang dielaborasikan dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik yang bersifat intelektual, manual, maupun sosial”. Melalui terbentuknya produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.
Berdasar pada sejumlah pendapat tersebut disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pada pembelajaran sains, terdapat enam langkah metode ilmiah yang kemudian dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Hess (dalam Mahmudin, 2010), keenam langkah metode ilmiah tersebut, yakni:
1. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah.
2. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi.
3. Menyusun hipotesis.
4. Menguji hipotesis melalui percobaan.
5. Menganalisa data dan membuat kesimpulan.
6. Mengomunikasikan hasil.
Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Menurut Rezka dan Wetzel (dalam Mahmudin, 2010) keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen, sebagai berikut:
1. Observasi atau mengamati menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek, seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
2. Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan obyek.
3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti standar dan non-standar satuan pengukuran.
4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.
5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.
6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
Perpaduan dua komponen keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Wetzel (dalam Mahmudin, 2010) keterampilan proses terpadu meliputi:
1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi berdasarkan bukti penelitian sebelumnya atau penyelidikan.
2. Mengidentifikasi variabel, penamaan, dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.
3. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik yang diamati.
4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data.
5. Interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.
Penilaian merupakan tahapan penting pada proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai konten, proses sains, dan sikap ilmiah. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Pelaksanaan keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam berbagai bentuk berikut:
1. Pretes dan postes
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2. Diagnostik
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses sains. Kemudian guru merencanakan pembelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.
3. Penempatan kelas
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, pemilihan siswa untuk kompetisi. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang ikut dalam lomba sains.
4. Bimbingan karir
Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Adapun penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses sains siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur.
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat.
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Menerapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Referensi
Mahmudin (2010). Komponen Penilaian KPS. [Online]. Diakses dari: https://ift.tt/2IFdMqb.
Nuh, U. (2010). Keterampilan Proses Sains. [Online]. Diakses dari: https://ift.tt/2KhB0jg.
0 komentar:
Posting Komentar