Tari Cokek
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tari cokek merupakan tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat Betawi, Jakarta. Tarian ini lahir dari akulturasi budaya Tionghoa dan budaya Betawi pada masa silam. Tarian ini diperkirakan bermula ketika ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa, bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumahnya. Pesta ini menyuguhkan permainan musik khas Tionghoa dengan istrumen, seperti rebab dua dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong, dan kendang. Pada permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian cokek.
Nama cokek pada tarian ini diperkirakan berasal dari nama selendang yang digunakan dalam tarian. Ada pula yang berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari nama tuan tanah, Tan Sio Kek yang dalam pelafalan Betawi lebih nyaman disebut Sokek atau Cokek. Terlepas dari perbedaan mengenai asal-usul nama dari tarian ini, tari cokek tetap eksis, khususnya dalam budaya masyarakat Betawi, baik daerah Jakarta, Tanggerang Selatan, dan sekitarnya.
Selain sebagai hiburan, tari cokek kini bergeser menjadi tari ucapan selamat datang bagi tamu. Tari cokek kerap dipentaskan ketika ada acara hajatan sebagai sarana penghormatan bagi tamu yang datang.
Tari cokek diawali dengan wewayangan atau alunan musik gambang kromong yang mengiringi masuknya para penari wanita ke atas panggung. Pada awal tarian, para penari bergerak maju mundur silih berganti sembari merentangkan tangan setinggi bahu mengikuti irama musik. Gerakan ini dilanjutkan dengan ragam gerakan lain, hingga salah satu penari utama mengajak tamu yang hadir untuk ikut menari dengan mengalungkan selendang yang dibawanya ke leher tamu tersebut. Tamu yang mendapat giliran pertama biasanya adalah tamu yang paling terhormat.
Tari cokek diiringi oleh permainan alat musik tradisional Betawi, yaitu gambang kromong. Gambang kromong sendiri terdiri dari sejumlah instrumen alat musik, misalnya gambang, kromong, suling, gong, gendang, krecek, sukong, tehyang, atau kongahyan.
Para pemain musik gambang kromong yang biasanya terdiri atas tujuh orang, kerap berada di bagian belakang atau samping panggung secara berkelompok. Sementara para penari terdiri atas lima sampai 10 wanita berjajar di atas panggung mengikuti setiap ritme dan irama yang dibawakan para pemusik.
Pada pementasan tari cokek, panggung disetting sedemikian rupa agar terkesan luas. Hal ini mengingat nantinya selain diisi oleh para penari, panggung juga bisa diisi oleh para tamu yang diajak menari.
Para penari cokek umumnya akan dirias terlebih dahulu sebelum naik panggung. Rambut mereka disisir rapi ke belakang, dikuncir, atau disanggul lengkap dengan hiasan kembang goyang atau hiasan kepala burung hong. Untuk busana, penari menggunakan baju adat Betawi yang terdiri atas baju kurung dan celana hitam berbahan kain satin. Baju kurung tersebut biasanya memiliki warna yang mencolok, seperti hijau, kuning, merah, atau ungu.
Tidak ada properti lain yang digunakan dalam tarian cokek, selain sehelai selendang yang biasa diletakan di bahu penari. Selendang yang bernama cokek ini digunakan sebagai sarana mengundang tamu untuk ikut menari di atas panggung.
0 komentar:
Posting Komentar