True Experimental Design (Desain Penelitian Eksperimen Sesungguhnya)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
True experimental design atau desain penelitian eksperimen sesungguhnya merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan subyek yang dipilih secara random, adanya kelompok pembanding terhadap kelompok yang diberi perlakuan, dan adanya pengontrolan terhadap kondisi guna meminimalisir pengaruh variabel lain. Harapan yang muncul adalah hasil penilitian yang diperoleh merupakan pengaruh dari faktor treatment. Sehingga hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat.
Menurut Suryabrata (2011, hlm. 88) tujuan dari true experimental design adalah “untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan”.
Menurut Arikunto (2003, hlm. 273) ciri-ciri true experimental design meliputi:
1. Kondisi-kondisi yang ada di sekitar atau yang diperkirakan mempengaruhi subyek yang digunakan untuk eksperimen dijauhkan sehingga apabila perlakuan selesai dan ternyata ada perbedaan antara hasil pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Perbedaan hasil ini merupakan akibat adanya perlakuan.
2. Terdapat kelompok yang tidak diberi perlakuan. Kelompok ini difungsikan sebagai pembanding bagi kelompok yang diberi perlakuan. Pada akhir eksperimen, hasil pada kedua kelompok dibandingkan. Perbedaan hasil merupakan efek dari pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen.
3. Sebelum dilaksanakan eksperimen, diusahakan kondisi kedua kelompok sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil terhadap ada dan tidaknya perlakuan.
4. Apabila penelitian eksperimen dilakukan terhadap orang, diharapkan agar anggota kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding tidak terpengaruh akan status mereka.
True experimental design terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Randomized subject, control-group pretest-posttest design
Desain ini cukup banyak diterapkan dalam true experimental design. Pada desain ini menggunakan kelompok pembanding. Antara kelompok eksperimen dan kelompok pembanding dilakukan secara acak dengan prinsip random assignment. Pada desain ini dapat dipahami bahwa peneliti melakukan uji atau pengukuran terlebih dahulu sebelum melakukan perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest).
Desain ini dapat digambarkan, sebagai berikut:
Pretest
|
Kelompok
|
Posttest
|
O11
|
X1
|
O12
|
O21
|
X2
|
O22
|
Keterangan:
O11 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
X1 adalah kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O12 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O21 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
X2 adalah kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
O22 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
Desain ini memiliki kelemahan yaitu peneliti tidak dapat menyelidiki efek interaksi perlakuan karena tidak memiliki kelompok yang tanpa diberi pretest. Analisis data pada desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola kovarians, di mana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas. Bila tidak memenuhi persyaratan parametrik, maka diuji menggunakan kombinasi uji peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.
2. Solomon three-group design
Pada desain ini, peneliti menggunakan tiga kelompok, di mana dua kelompok tersebut merupakan kelompok pembanding. Salah satu kelompok pembanding ada yang diukur sebelum eksperimen dilakukan (pretest). Ketiga kelompok diacak dengan prinsip random assignment. Peneliti melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok perlakuan/kelompok eksperimen. Pada desain ini, salah satu kelompok pembanding tidak melakukan pretest tetapi terkena perlakuan X. Kelompok ini meskipun menerima perlakuan eksperimen, namun tetap berfungsi sebagai kelompok pembanding.
Desain ini dapat digambarkan, sebagai berikut:
Pretest
|
Kelompok
|
Posttest
|
O11
|
X1
|
O12
|
|
X1
|
O13
|
O21
|
X2
|
O22
|
Keterangan:
O11 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
X1 adalah kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O12 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O13 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O21 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
X2 adalah kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
O22 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
Desain ini mengatasi kelemahan yang melekat pada desain sebelumnya yaitu dapat mengetahui efek interaksi pretest dengan perlakuan penelitian, meskipun tidak secara langsung. Analisis data dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola kovarians, di mana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas, dikombinasikan dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan perlakuan. Bila tidak memenuhi persyaratan parametrik, maka diuji menggunakan kombinasi uji peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.
3. Solomon four-group design
Desain ini dapat membuat sejumlah perbandingan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan penelitian X. Pada desain ini memiliki kelompok pembanding yang lebih banyak dan merupakan perluasan dari desain sebelumnya yaitu dengan memasukkan satu kelompok pembanding tambahan. Penggunaan empat kelompok menjadikan kekuatan yang lebih besar karena menggabungkan keuntungan sejumlah desain lainnya. Desain ini memiliki dua kelompok yang diberi pretest dan dua kelompok tidak diberi pretest, salah satu kelompok yang diberi pretest dan salah satu kelompok yang tidak diberi pretest menerima perlakuan eksperimen. Hal ini menjadikan peneliti menggunakan dua kelompok/grup pembanding. Keempat kelompok diacak dengan prinsip random assignment. Peneliti melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok perlakuan/kelompok eksperimen.
Desain ini dapat digambarkan, sebagai berikut:
Pretest
|
Kelompok
|
Posttest
|
O11
|
X1
|
O12
|
|
X1
|
O13
|
O21
|
X2
|
O22
|
|
X2
|
O23
|
Keterangan:
O11 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
X1 adalah kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O12 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O13 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok pembanding.
O21 adalah pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
X2 adalah kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
O22 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi sebagai kelompok eksperimen.
O23 adalah pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi perlakuan X2 yang tanpa pengukuran sebelum eksperimen.
Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena dapat mengetahui efek interaksi pretest dengan perlakuan secara langsung dan kesulitan dalam pelaksanaannya dalam situasi praktis, lebih banyak waktu dan usaha yang diperlukan dua percobaan secara bersamaan serta masalah pada peningkatan jumlah subyek yang sama akan diperlukan untuk empat kelompok. Analisis dapat diuji dengan uji ragam multi pola kovarians, di mana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas, dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan perlakuan. Bila tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji perangkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.
Adapun sejumlah faktor yang dapat muncul dan mempengaruhi true experimental design, di antaranya:
1. Historis
Historis mengacu pada munculnya suatu kejadian yang bukan dari perlakuan eksperimen, tetapi dapat mempengaruhi performansi pada variabel bebas. Faktor historis mungkin dapat menjadi suatu masalah. Sebagai contoh faktor historis adalah latar belakang atau pengalaman belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya.
2. Maturasi
Maturasi mengacu pada perubahan fisik atau mental pada diri subyek selama suatu periode waktu. Perubahan ini dapat mempengaruhi performansi subyek pada pengukuran variabel terikat. Khususnya dalam studi yang diselesaikan dalam waktu yang panjang, subyek dapat menjadi lebih terkoordinasi, lebih termotivasi atau bosan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan bias pada hasil pengukuran.
3. Regresi
Regresi statistik biasanya muncul bila subyek yang dipilih berdasarkan skor ekstem dan mengacu pada kecenderungan subyek yang memiliki skor yang paling tinggi pada pretest ke skor yang lebih rendah pada posttest, dan subyek yang memiliki skor paling rendah pada pretest ke skor yang lebih tinggi pada posttest. Kecenderungannya adalah skor bergerak mundur atau bergerak kearah rata-rata atau skor yang diharapkan.
4. Pre-testing
Interaksi pretest muncul apabila respons subyek atau mengalami reaksi berbeda pada perlakuan karena mereka mengikuti pretest. Suatu pretest mungkin membuat peka atau mengingatkan subyek pada hakikat perlakuan. Oleh karena itu, hal ini diupayakan untuk dikontrol atau dikendalikan pada true experimental design karena juga menguji kelompok yang tidak menggunakan pretest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding.
True experimental design membutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian.
Teknik pengambilan sampel pada true experimental design adalah random sampling. Teknik random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memungkinkan seluruh anggota populasi terpilih menjadi sampel dalam penelitian. Pada umumnya teknik random sampling yang biasa digunakan adalah simple random sampling, yang merupakan pengambilan sampel dan populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
Teknik analisis data yang digunakan pada true experimental design, yaitu:
1. Statistik deskriptif
Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan menyajikan, mendeskripsikan, serta mengomunikasikan data mentah menjadi bentuk tabel, grafik, atau gambar. Pada pengolahan data tersebut diperoleh nilai mean, median, modus, dan simpangan baku atau standar deviasi. Pada umumnya ditampilkan pula distribusi frekuensi yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk histogram dan poligon.
2. Statistik inferensial
Statistik inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini tepat digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara random. Untuk menentukan statistik inferensial yang digunakan sejumlah literatur merekomendasikan agar data diuji normalitasnya terlebih dahulu untuk menguji normal atau tidaknya suatu data distribusi. Namun, literatur lain menyatakan tidak perlu menguji distribusi normal atau normalitas data tetapi hanya cukup dengan membuat asumsi saja.
Referensi
Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian, Suatu Praktik. Jakarta: Bina Aksara.
Suryabrata (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar