Media Pembelajaran Footstrip
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Media pembelajaran footstrip merupakan media grafis yang berbentuk gambar lima telapak kaki yang dijiplak di atas kertas. Media pembelajaran footstrip dibangung berdasarkan aktivitas pengukuran menggunakan satuan pengukuran tidak baku, yaitu telapak kaki. Keuntungan penggunaan suatu pengukuran tidak baku untuk memulai kegiatan pengukuran menurut Walle dan John (2008, hlm. 119), yakni: “(1) satuan pengukuran tidak baku mempermudah untuk fokus langsung terhadap sifat yang sedang diukur, (2) penggunaan satuan pengukuran tidak baku dapat mencegah tujuan yang bertentangan pada permulaan pembelajaran pengukuran, (3) satuan pengukuran tidak baku memberikan logika bagus untuk satuan standar, dan (4) penggunaan satuan tidak baku adalah hal yang menyenangkan”.
Pada dasarnya cara menggunakan media pembelajaran footstrip sama dengan penggaris, yakni dengan menempelkan ujung footstrip ke ujung benda yang akan diukur, kemudian menghitung jumlah strip kaki yang menutupi sisi benda tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar dari alat ukur penggaris melalui media tersebut.
Pada media pembelajaran footstrip, telapak kaki yang digambar memiliki lima jari. Tujuannya adalah siswa tidak lagi melakukan iterasi dengan satuan tunggal melainkan menggunakan koleksi satuan yang dijadikan menjadi satu satuan pengukuran. Mengingat aktivitas sebelumnya siswa mengukur panjang benda dengan telapak kakinya sebagai satuan pengukuran yang di tempatnya satu persatu secara berulang dari ujung ke pangkal benda. Pada tahap pengukuran dengan media pembelajaran footstrip, telapak kaki dijiplak sebanyak lima untuk dijadikan sebagai satuan pengukuran. Stephan. (2012, hlm. 460) dalam penelitiannya menemukan bahwa “banyak siswa mengalami kesulitan mengukur panjang benda ketika bagian perulangan dari media footstrip melampaui ujung benda karena sebelumnya ketika siswa mengukur dengan kaki sebagai satuan yang fleksibel, siswa bisa menekuk ujung jari kaki atau menempatkan kaki secara miring agar ketika kaki yang ditempatkan pada perulangan terakhir tidak melampaui ujung benda”. Keadaan ini memunculkan gagasan bahwa ketika media pembelajaran footstrip tidak memenuhi benda yang diukur secara tepat, maka bagian footstrip yang melampaui batas dapat dipotong. Media pembelajaran footstrip memunculkan konsep suatu satuan dapat dibuat menjadi satuan yang lebih kecil (partisi) dan satuan pengukurannya harus memenuhi benda yang diukur (tilling).
“Salah satu manfaat media pembelajaran adalah membuat bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran” (Arsyad, 2013, hlm. 24). Struktur kognitif siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional konkret, media pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep matematika. Konsep matematika yang disajikan dalam bentuk konkret dan beragam akan dipahami dengan baik oleh siswa.
Pada proses pembelajaran, media pembelajaran footstrip berperan sebagai jembatan antara aktivitas pengukuran dengan satuan tidak baku dan aktivitas pengukuran dengan satuan baku, yaitu penggaris. Pada aktivitas pengukuran dengan telapak kaki, siswa mengukur panjang benda dengan menempatkan satu persatu telapak kaki sepanjang benda yang diukur untuk memperoleh hasil pengukuran. Pada konteks tersebut telapak kaki sebagai single unit dalam pengukuran, sedangkan dalam aktivitas pengukuran dengan media pembelajaran footstrip menggunakan gambar lima telapak kaki sebagai collection of unit dalam pengukuran.
Gambar telapak kaki yang digunakan pada media pembelajaran footstrip didasarkan pada aktivitas sebelumnya (pengukuran dengan telapak kaki) sedangkan penggunaan lima gambar telapak kaki (collection of unit) untuk dikaitkan dengan alat ukur penggaris. Penggaris sebagai alat ukur baku merupakan kumpulan beberapa satuan baku, yaitu daerah antara dua garis yang masing-masing panjangnya 1 cm. Hal ini menjadikan urutan pembelajaran menjadi padu sehingga memudahkan siswa memahami konsep pengukuran. Konsep yang akan diajarkan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah diterima siswa dari aktivitas pengukuran sebelumnya.
Melalui aktivitas pengukuran dengan media pembelajaran footstrip siswa membangun pemahaman mengenai konsep mengukur sebagai covering space. Mengukur sebagai covering space berarti menentukan panjang benda dengan menghitung banyak satuan pengukuran yang sesuai dengan panjang benda yang diukur. Pada media pembelajaran footstrip ini untuk menentukan panjang benda dengan cara menghitung gambar telapak kaki yang sesuai dengan panjang benda yang diukur. Antara gambar telapak kaki satu dengan yang lain pada media ini dibatasi oleh garis. Ini dimaksudkan untuk dikaitkan dengan garis-garis yang terdapat pada penggaris. Sehingga siswa akan memahami bahwa ketika mengukur dengan penggaris yang dihitung adalah daerah antar dua garis sebagai satuan ukur yang panjangnya 1 cm.
Setelah konsep covering space telah dipahami, siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep zero point. Alasannya adalah ketika siswa telah memahami bahwa yang harus diperhatikan ketika mengukur dengan penggaris adalah daerah antar dua garis pada penggaris, maka pada saat siswa mengukur menggunakan penggaris dengan bilangan apapun sebagai titik awal pengukuran. Siswa tidak mengalami kesulitan.
Berdasar uraian tersebut, konsep-konsep yang dapat siswa bangun melalui media pembelajaran footstrip adalah (1) satuan pengukuran perlu diulang untuk mendapatkan hasil (iterasi satuan), (2) panjang satuan pengukuran adalah tetap (satuan yang identik), (3) satuan pengukuran harus memenuhi benda yang diukur (tilling), dan (4) satuan dapat dibuat menjadi satuan yang lebih kecil (partisi).
Referensi
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Stephan, M. (2012). A Proposed Instructional Theory for Integer Addition and Subtraction. Journal for Research in Mathematics Education, 43 (4), hlm. 428-464.
Walle, V. D., & John, A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar