Tari Seudati
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tari seudati adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini biasanya ditarikan oleh sekelompok penari pria. Gerakannya yang khas dan enerjik serta diiringi oleh lantunan syair dan suara hentakan para penari. Tari seudati merupakan tarian tradisional yang cukup terkenal di Aceh dan sering ditampilkan di berbagai acara, seperti acara adat, acara pertunjukan, dan acara budaya.
Berdasar sejarahnya, tarian ini tumbuh dan berkembang di Desa Gigieh, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Tarian ini kemudian mulai berkembang di daerah lain, seperti di Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Seiring berjalannya waktu, tarian ini kemudian mulai menyebar ke daerah Aceh lainnya, hingga kini tari seudati sudah menyebar ke seluruh daerah Aceh.
Dulunya tarian ini digunakan oleh para tokoh agama sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Namun, pada masa penjajahan Belanda, tarian ini sempat dilarang karena syair yang dibawakan dalam tari seudati dapat menumbuhkan semangat bagi para pemuda Aceh untuk bangkit. Hal ini dianggap dapat menimbulkan pemberontakan kepada Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, tarian ini kembali diperbolehkan, bahkan tidak hanya digunakan sebagai media dakwah, tetapi sering ditampilkan sebagai tarian pertunjukkan.
Nama tari seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti bersaksi atau dalam Islam diartikan sebagai pengakuan terhadap Tuhan dan Rosul. Hal tersebut juga berkaitan dengan syair-syair yang dilantunkan dalam mengiringi tarian ini. Syair tersebut biasanya berisi tentang kehidupan dan ajaran agama. Selain itu, setiap gerakan dalam tari seudati ini juga tentu memiliki nilai-nilai dan makna khusus di dalamnya.
Tari seudati biasanya ditarikan oleh para penari pria. Penari tersebut biasanya berjumlah delapan orang penari utama yang terdiri atas satu orang syeh, satu pembantu syeh, dua apeet wie, satu apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Di sisi lain, tarian ini juga terdapat dua orang lain yang bertugas sebagai pelantun syair yang disebut aneuk syahi.
Gerakan dalam tari seudati memiliki ciri khas yang enerjik dan lugas. Gerakan dalam tarian ini didominasi oleh gerakan tangan dan kaki serta didukung pola lantai yang bervariasi. Gerakan yang paling menonjol biasanya gerakan tepuk dada, ketipan jari, gerak tangan, dan hentakan kaki yang dilakukan dengan lincah, cepat, dan harmonis.
Pada pertunjukan tari seudati biasanya tanpa diiringi oleh alat musik, namun hanya diiringi oleh pelantun syair. Syair yang dibawakan biasanya bertemakan tentang kehidupan sehari-hari dan ajaran agama. Selain syair, tarian ini juga diiringi oleh suara tepukan, hentakan kaki, dan petikan jari dari gerakan para penari. Gerakan tersebut tentunya disesuaikan dengan irama dan tempo lagu/syair yang dilantunkan agar terlihat harmonis.
Kostum yang digunakan para penari dalam tari seudati biasanya menggunakan kostum khusus yang bertemakan adat. Kostum yang digunakan biasanya terdiri atas baju ketat berlengan panjang dan celana panjang. Baju dan celana tersebut biasanya berwarna putih sedangkan sebagai aksesoris biasanya terdiri atas kain songket yang dikenakan di pinggang hingga poho, rencong yang disisipkan di pinggang dan tangkulok (ikat kepala) berwarna merah.
Pada perkembangannya, tari seudati masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga kini. Berbagai kreasi dan variasi dalam gerakan juga sering ditampilkan di setiap pertunjukan agar terlihat menarik, namun tidak menghilangkan keaslian dan ciri khasnya. Tari seudati sering ditampilkan di berbagai acara, seperti acara adat, acara perayaan, acara budaya, pertunjukan seni, festival budaya, dan promosi pariwisata. Selain ditampilkan sebagai tarian pertunjukan, tarian ini juga dipertandingkan antar tim. Hal ini yang membuat masyarakat antusias mengikuti tari seudati. Selain sebagai perlombaan, hal ini tentu dilakukan untuk melestarikan serta memperkenalkan tari seudati kepada generasi muda dan masyarakat luas.
0 komentar:
Posting Komentar