Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Menurut Sukmadinata (2000, hlm. 1) pengembangan kurikulum dapat berarti “penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), dapat juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement)”. Pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan, dan evaluasi kurikulum. Jadi, pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Berdasar cakupan pengembangannya, terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yakni:
1. Pendekatan top down
Pendekatan top down adalah pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah. Pendekatan top down disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan, seperti kementrian pendidikan, dirjen pendidikan atau para kepala kantor wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan garis komando ke bawah. Oleh karena itu, pendekatan ini dinamakan juga line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Berdasar cakupan pengembangannya, pendekatan top down dapat dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum construction) maupun penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curriculum impovement).
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum top down dijabarkan seperti gambar berikut:
Berdasar gambar di atas, tampak jelas bahwa inisiatif perubahan dan penyempurnaan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum atau para pejabat yang berhubungan dengan pendidikan, sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.
2. Pendekatan grass roots
Pendekatan grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan top down, yaitu inisiatif pengembangan yang dimulai dari lapangan atau dimulai dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas. Oleh karena sifatnya, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum, walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam mengembangkan kurikulum baru.
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan pada saat menggunakan pendekatan grass roots, yaitu:
a. Menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya, didasarkan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots.
b. Mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan, misalnya dengan membaca buku, atau jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
c. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan hasil kajian refleksi serta menetapkan berbagai kemungkinan munculnya masalah dengan cara penanggulangannya.
d. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan dengan situasi dan kondisi lapangan.
e. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi.
f. Membuat dan menyusun hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
Peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass roots sangat menentukan. Tugas para administator dalam pengembangan dengan pendekatan ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi sebagai motivator dan fasilitator.
Referensi
Sukmadinata, N. S. (2000). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar