Program Pengayaan
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Program pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajar. Menurut Rachman (1998, hlm. 30) “kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswi kelompok cepat sehingga siswa-siswi tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilan atau lebih mendalami bahan pelajaran yang mereka pelajari”. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2001, hlm. 17) bahwa “pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya”. Bloom (dalam Suparno, 2002, hlm. 217) memandang pembelajaran pengayaan sebagai “pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan dengan memperhatikan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya”.
Melalui adanya kegiatan pengayaan setiap siswa mendapatkan perhatian cukup dari guru sesuai dengan kebutuhannya. Usaha ini dilakukan untuk memperbaiki cara yang sudah diambil terdahulu dengan tujuan agar anak lebih menguasai bahan dan mengisi kelebihan waktu, di saat teman-teman yang lain melakukan pengulangan materi. Dengan demikian, perkembangannya dapat mencapai tingkat optimal.
Secara garis besar, pembelajaran pengayaan dibagi atas dua macam, yakni:
1. Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok
Kegiatan pengayaan yang dimaksud adalah pemberian tugas pengayaan berupa membaca buku, kliping, diskusi, dan sebagainya, tetapi masalah masih sama dengan topik modul pokok.
2. Kegiatan pengayaan yang tidak berkaitan dengan topik modul pokok
Pada kegiatan pengayaan ini dimungkinkan bahwa materi pada suatu modul pokok sangatlah sedikit sehingga sukar bagi guru untuk menciptakan kegiatan yang sesuai dengan topik tersebut. Sehubungan dengan keadaan ini, maka guru dapat mengambil langkah berikut:
a. Memberikan kegiatan yang tidak berhubungan dengan modul tetapi masih dalam ruang lingkup bidang studi sama.
b. Memberikan kegaitan lain yang tidak berhubungan dengan modul dan juga tidak dalam bidang studi yang sama.
Referensi
Arikunto, S. (2001). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Yogyakarta: Raja Grafindo Persada.
Rachman, M. (1998). Manajemen Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Suparno, P. (2002). Filsafat Konstruksivitas dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar