Menyimak
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Menyimak berarti mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan atau dibicarakan orang. Menurut Tarigan (1985, hlm. 19) menyimak adalah “suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani (1996, hlm. 21) menyimak adalah “kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya dan untuk memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut”.
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya, sedangkan mendengar sasarannya berupa bunyi apapun. Selain itu, kegiatan menyimak dilakukan dengan sengaja atau terencana, dan terdapat usaha untuk memahami atau menikmati apa yang disimak.
Tarigan (1990, hlm. 22) mengatakan bahwa menyimak memiliki sejumlah tujuan, di antaranya:
1. Mendapatkan fakta
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya, mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman, dan sebagainya.
2. Menganalisis fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antar unsur fakta, sebab, dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta cukup tersedia asal penyimak dapat menggunakan waktu. Waktu yang dimaksud adalah selisih kecepatan pembicara 120-150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak berkisar 300-500 kata per menit.
3. Mengevaluasi fakta
Pada situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti:
a. Benarkan fakta yang diajukan?
b. Relevankah fakta yang diajukan?
c. Akuratkah fakta yang disampaikan?
Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman, dan pengetahuan penyimak, maka fakta tersebut dapat diterima. Sebaliknya, apabila fakta yang disampaikan kurang akurat, kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya, maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh pada kredibilitas isi pembicaraan. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apakah isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.
4. Mendapatkan inspirasi
Ada kalanya seseorang menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari inspirasi. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru, melainkan perlu sugesti, dorongan, semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi.
5. Menghibur diri
Sejumlah penyimak mendatangi pertunjukan, seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri, karena orang tersebut sudah lelah, letih, atau jenuh. Seseorang perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih.
6. Meningkatkan kemampuan berbicara
Pada bagian ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi (1) cara mengorganisasikan bahan pembicaraan, (2) cara penyampaian bahan pembicaraan, (3) cara memikat perhatian pendengar, (4) cara mengarahkan perhatian pendengar, (5) cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan sebagainya, serta (6) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan.
Kesemuaan hal tersebut diperhatikan oleh penyimak kemudian dipraktikkan. Menyimak seperti ini yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak ini biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan ingin menjadi profesional.
Akhadiah, dkk. (1991, hlm. 50) mengemukakan bahwa penentuan jenis menyimak dapat didasarkan pada sejumlah hal berikut:
1. Berdasarkan taraf hasil simakan terdiri atas:
a. Menyimak tanpa mereaksi, yaitu penyimak mendengar sesuatu tetapi tidak memberikan reaksi apa-apa.
b. Menyimak pasif, yaitu penyimak mendengar sesuatu tetapi memberikan reaksi sedikit.
c. Menyimak dangkal, yaitu yang disimak hanya sebagian saja dan bukan bagian penting.
d. Menyimak kritis, yaitu penyimak mencoba menganalisis materi atau bahan yang disimak secara kritis.
e. Menyimak kreatif dan apresiatif, yaitu penyimak memberikan reaksi lanjut terhadap hasil simakan.
2. Berdasarkan cara menyimak terdiri atas:
a. Menyimak intensif atau menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian, ketekunan, dan ketelitian, sehingga penyimak memahami secara mendalam dan menguasai secara luas bahan simakan. Kegiatan menyimak intensif lebih diarahkan dan dikontrol oleh guru. Menyimak cerita anak atau dongeng termasuk jenis menyimak intensif.
b. Menyimak ekstensif, yaitu menyimak yang dilakukan hanya terhadap garis-garis besar bahan simakan.
Tarigan (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996, hlm. 22) mengemukakan tedapat lima tahap pada proses menyimak sebagai berikut:
1. Mendengarkan
Pada tahap ini siswa mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh guru dalam pembicaraannya.
2. Mengidentifikasi
Pada tahap ini, siswa mengidentifikasi dari cerita yang telah disimak.
3. Menginterpretasi atau menafsirkan
Pada tahap ini, siswa menafsirkan isi dengan cermat dan teliti dari cerita yang telah disimak.
4. Memahami
Pada tahap ini, siswa mengerti dengan baik, dari isi pembicaraan yang disampaikan oleh guru.
5. Menilai
Pada tahap ini, siswa menilai atau memberikan pendapat dan gagasan, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan dari apa yang disimak.
6. Menanggapi atau mereaksi
Tahap ini merupakan tahap puncak dari kegiatan menyimak.
Banyak sekali teknik menyimak yang dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak. Sutari, dkk. (1997, hlm. 122) mengemukakan teknik-teknik dalam menyimak, antara lain:
1. Dengar-ucap
Model ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cemat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, ungkapan, peribahasa, dan puisi pendek.
2. Dengar-kerjakan
Model ucapan berisi kalimat-kalimat perintah. Setelah menyimak siswa mereaksi sesuai dengan intruksi.
3. Dengar-menemukan benda
Pada model ini setelah kegiatan menyimak siswa dituntut untuk menemukan benda atau obyek yang telah disiapkan guru. Setelah ditemukan, siswa menunjukkan benda kepada guru. Teknik ini menuntut siswa menjadi penyimak yang teliti dan kritis.
4. Dengar-bisik berantai
Model ini menuntut reaksi siswa untuk berlatih menyimak pesan dari seseorang melalui bisikan, kemudian menyampaikan pesan yang didengar kepada orang lain.
5. Dengar-jawab
Pada model ini siswa menyimak secara cermat apa yang didengar. Berdasar itu, siswa akan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isi pembicaraan.
6. Dengar-cerita
Guru membacakan sebuah cerita, setelah selesai seorang siswa menceritakan kembali secara garis besar isi cerita yang telah didengar.
7. Dengar-tulis
Setelah selesai mendengarkan cerita, siswa menuliskan kembali isi dari cerita yang telah didengar.
8. Dengar-rangkum
Pada model ini siswa dapat menentukan gagasan utama dari setiap paragraf bahan yang disimak. Setelah itu, siswa menyusun rangkuman berdasarkan gagasan-gagasan utama yang telah ditentukan.
9. Dengar-lengkapi
Guru membacakan kalimat yang belum lengkap, kemudian siswa melengkapi dengan kata yang tepat.
10. Dengar-tanya
Guru membacakan kalimat-kalimat yang merupakan jawaban dari bermacam-macam pertanyaan. Siswa bertanya sesuai dengan jawaban yang telah dibacakan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak, antara lain:
1. Faktor fisik
Faktor fisik yang dimaksud dapat berupa faktor internal, yakni keadaan fisik siswa serta faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar siswa. Gangguan fisik tersebut dapat berupa kelelahan atau mengidap penyakit fisik tertentu.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang melibatkan sikap, minat, motivasi, dan sifat-sifat pribadi siswa terhadap apa yang disimak. Faktor tersebut dapat berupa prasangka atau keegosentrisan terhadap minat dan masalah pribadi siswa.
3. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman yang telah dimiliki penyimak, misalnya berupa pengalaman masa lalu atau peristiwa yang pernah dialami yang berhubungan dengan topik yang disimak.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan kelas yang kondusif, misalnya sarana yang mendukung terciptanya susana kelas yang kondusif dalam proses menyimak, seperti ruang kedap suara, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam proses menyimak dan mendorong siswa dapat mengekspresikan ide secara bebas berhubungan dengan topik yang disimak tentu sangat membantu terhadap keberhasilan pembelajaran menyimak.
Referensi
Akhadiah, S., dkk. (1991). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Haryadi, & Zamzani (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud.
Sutari, dkk. (1997). Menyimak Bersama. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, H. G. (1985). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. (1990). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar