Model Pembelajaran Pairs Check
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Pairs check merupakan “model pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan” (Huda, 2013, hlm. 211). Model pembelajaran pair check atau cek pasangan merupakan “model yang pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1990 untuk melatih setiap pasangan untuk berlomba-lomba memenangkan tugas atau permainan secara kelompok dan cerdas” (Maufur, 2009, hlm. 96).
Model pembelajaran pairs check menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran pairs check “melatih tanggung jawab sosial siswa, kerjasama, dan kemampuan memberi penilaian” (Huda, 2013, hlm. 211).
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, “guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas” (Robert, 2010, hlm. 257).
Secara umum, langkah atau sintaks pembelajaran pairs check sebagai berikut:
1. Bekerja berpasangan.
2. Pembagian peran partner dan pelatih.
3. Pelatih memberi soal, partner menjawab.
4. Pengecekan jawaban.
5. Bertukar peran.
6. Penyimpulan.
7. Evaluasi.
8. Refleksi.
Lebih lanjut, Huda (2013, hlm. 211) mengemukakan langkah atau sintaks yang rinci dari model pembelajaran pairs check, sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan konsep.
2. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri atas empat orang. Pada satu tim terdapat dua pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim diberi masing-masing satu peran yang berbeda, yakni pelatih dan partner.
3. Guru membagikan soal kepada partner.
4. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.
5. Pelatih dan parner saling bertukar peran.
6. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
7. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.
8. Setiap tim mengecek jawabannya.
9. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reward oleh guru.
Model pembelajaran pairs check menurut Isjoni (2009, hlm. 77) memiliki sejumlah kelebihan, antara lain:
1. Meningkatkan kerjasama antar siswa.
2. Dapat dibantu belajar melalui bantuan rekan.
3. Meningkatkan pemahaman konsep dan proses pembelajaran.
4. Melatih siswa berkomunikasi baik dengan temannya.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran pairs check menurut Huda (2013, hlm. 211), di antaranya:
1. Memerlukan banyak waktu.
2. Memerlukan kesiapan atau pemahaman siswa yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih dan partner yang memahami soal dengan baik.
Referensi
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni (2009). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Maufur, H. F. (2009). Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: PT Sindur Press.
Robert, S. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
0 komentar:
Posting Komentar